MAKALAH BAB BETON
Makalah ini dibuat dengan sepenuh hati, untuk tugas kuliah aku. berhubung sudah selesai, aku bagikan ke kalian. semoga bermanfaat :)
DAFTAR ISI
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
RUMUSAN MASALAH
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
PROSES PEMBUATAN BETON
2.2
SIFAT FISIK DAN KIMIA BETON
2.3
SIFAT MEKANIS BETON
2.4
SISTEM PENGUJIAN BETON
2.5
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON
2.6
APLIKASI BETON DALAM BANGUNAN
2.7
PRODUK BETON
DALAM PERDAGANGAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Beton merupakan salah
satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam pembangunan fisik.
Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya membuat beton
semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan yang dimilikinya
beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah,
daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan
yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain
mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi
bahan tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih
maksimal.
Dalam pembuatannya,
keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman bahan dasar dan
metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang disuplai
oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan
dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang
disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan
sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang
disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena
sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang
disyaratkan sedini mungkin.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun
beberapa masalah yang akan dibahasdalam makalah ini sebagai batasan dalam
pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain :
a) Bagaimana
proses pembuatan beton ?
b) Apa
saja sifat fisik dan kimia beton ?
c) Apa
saja sifat mekanis beton ?
d) Apa
saja system pengujian beton ?
e) Apa
saja kelebihan dan kelemahan beton?
f) Apa
saja aplikasi beton dalam konstruksi bangunan ?
g) Apa
saja produk beton dalam perdagangan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PROSES PEMBUATAN BETON
Beton merupakan
salah satu bahan utama dalam pelaksanaan berbagai proyek seperti jalan raya,
jembatan, gedung, maupun struktur lainnya. Beton merupakan sebuah bahan
bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen.
Umumnya beton banyak digunakan karena bahan baku pembuatan beton mudah
didapatkan. Biasanya beton terbentuk dari semen Portland, yang terdiri
dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Dalam proses ini
dibutuhkan alat-alat bantu agar setiap tahapan pekerjaan bisa berlangsung lebih
mudah dan cepat, contohnya adalah penambahan admixture. Selain itu,
komposisi campuran untuk pembuatan beton juga harus tepat untuk mendapatkan
kekuatan yang diharapkan.
Adapun
pengolahan beton meliputi beberapa tahapan, diantaranya :
a.
Pencampuran
atau pengadukan bahan-bahan beton
Dalam proses
pencampuran beton ada tiga bahan utama yang digunakan; semen, agregat dan air.
Terdapat dua macam agregat yang umum dipakai yaitu kerikil (agregat kasar) dan
pasir (agregat halus). Selain ketiga bahan tersebut, ada kalanya bahan lain
(admixtures) dapat ditambahkan pada campuran beton untuk
meningkatkan workability, durability, dan waktu pengerasan.
Adapun komposisi
material adukan beton dalam setiap 1m3 telah diatur berdasarkan standar
SNI 7394: 2008. Contohnya, beton mutu K 125 komposisi materialnya terdiri dari
semen 276 kg, pasir 828 kg, kerikil 1.012 kg, dan air 215 kg. Beton mutu K 125
adalah beton klas E yang dipakai untuk konstruksi lantai dasar.
Dalam skala kecil,
pengadukan bahan-bahan beton bisa dilakukan dengan mengandalkan tenaga kerja
yang ada. Namun untuk pengadukan dalam skala besar, tentunya dibutuhkan alat bantu.
Alat bantu ini membuat hasil adukan material beton lebih merata, sempurna, dan
tentunya lebih cepat. Alat pengaduk beton atau yang dikenal dengan istilah
‘molen’ ini ada yang berupa mesin statis, semi mobile dan full
mobile atau mixer truck.
b.
Pengangkutan
atau pemindahan adukan beton
Bila material-material
beton sudah diaduk rata hingga sempurna, tahapan selanjutnya adalah mengangkut
adukan beton tersebut ke tempat penuangannya. Proses ini harus dilakukan dengan
cepat sebelum semen bereaksi dengan air.
Untuk skala kecil,
adukan beton bisa diangkut dengan menggunakan ember atau gerobak dorong.
Sedangkan untuk skala besar, adukan beton biasanya diangkut dengan menggunakan
truk aduk beton, pompa atau dengan menggunakan ban berjalan. Jika jarak antara
lokasi pengadukan beton dan menuangan cukup jauh, umumnya dipakai alat bantu
berupa truk aduk beton. Sementara itu bila tempat penuangan cukup tinggi, dapat
digunakan pompa. Pada pembangunan gedung bertingkat banyak, adukan beton
biasanya dipindahkan dengan bantuan crane.
c.
Penuangan
adukan beton
Proses penuangan harus
dilakukan dengan cepat sehingga adukan beton selalu dalam kondisi plastis dan
dapat mengalir dengan lancar sampai ke rongga antara tulangan. Penuangan ini
mulai dari sudut-sudut bekisting terendah. Adukan beton tak boleh
dimasukkan ke bekisting dengan jarak lebih dari 2 meter. Jika melebihi jarak
maksimum, maka dapat mengakibatkan segregasi. Gunakan tremi atau corong bila
jarak melebihi tinggi maksimum.
Bila saat penuangan
dalam kondisi hujan yang deras, sebaiknya hindari menuangkan adukan beton tanpa
menggunakan penutup di bagian atasnya. Sebab air hujan yang masuk bisa membuat
kualitas beton menjadi menurun. Karena itu perlu disiapkan peneduh jika proses
pengerjaan beton berlangsung di musim hujan.
Jika proses penuangan
beton sudah dimulai, maka proses ini tidak boleh berhenti hingga selesai
penuangan pada suatu penampang. Permukaan atas harus terisi penuh dan rata
dengan campuran beton untuk mendapatkan kualitas beton yang benar-benar kokoh.
d.
Memadatkan
adukan beton
Tahapan ini bertujuan
untuk menghilangkan udara yang terjebak di dalam adukan beton. Jika dibiarkan,
udara yang terjebak tersebut akan menyebabkan beton menjadi keropos.
Pemadatan ini dilakukan
segera setelah proses penuangan selesai dan adukan beton masih dalam keadaan
plastis. Pemadatan bisa dilakukan dengan menusuk-nusuk tuangan beton atau
dengan penggetaran. Saat ini sudah tersedia alat bantu yang secara khusus dirancang
untuk mempercepat proses pemadatan beton. Alat bantu yang disebut vibrator
beton ini mampu menghasilkan getaran ke seluruhan permukaan beton pada radius
tertentu sehingga adukan beton benar-benar padat tanpa ruang udara yang
terjebak.
e.
Meratakan
permukaan beton
Secara sederhana,
proses perataan permukaan beton bisa dilakukan dengan menggunakan cetok dan
juga papan perata. Sementara itu untuk meratakan permukaan lantai cor dengan
cepat, dapat digunakan alat bantu seperti power trowel. Alat bantu
ini berfungsi meratakan permukaan lantai cor dalam kondisi kering 75%.
f.
Perawatan
beton.
Perawatan ini perlu
dilakukan agar proses reaksi semen dan air berlangsung dengan baik. Adapun
perawatan yang dikerjakan adalah dengan menjaga supaya permukaan beton tetap
lembab hingga proses reaksi mencapai waktu yang ditentukan yakni kurang lebih
28 hari.
Jika permukaan beton tidak dijaga
kelembabannya, maka kandungan air pada campuran beton akan keluar sehingga pada
akhirnya kualitas beton menjadi menurun atau muncul retak-retak di
permukaannya. Kelembaban bisa dijaga dengan cara menyirami permukaan beton,
menggenangi permukaan beton, atau meletakkan karung basah di permukaan beton.
2.2 SIFAT FISIK DAN KIMIA BETON
a)
Berat Jenis
Beton normal merupakan bahan yang relatif cukup berat,
dengan berat jenis berkisar 2,4 atau berat 2400 kg/m3 . Untuk mengurangi beban
mati suatu struktur beton atau mengurangi sifat penghantaran panas maka telah banyak dipakai beton ringan.
Beton dengan berat kurang dari 1800 kg/m3 biasa disebut dengan beton ringan.
b)
Durable
Keawetan beton juga minimal sesuai dengan apa yang
direncanakan. Biasanya beton mempunyai daya awet hingga 40-50 tahun. Setidaknya
beton yang sudah berumur 40 tahun sudah diganti. Karena kekuatannya akan
menurun secara perlahan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi pembagian beban
terhadap struktur bangunan.
c)
Economic,
Harga yang ekonomis bukan berarti harganya murah. Ekonomis
berarti pelaksanaan dan pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan
efektivitas pekerjaan. Kebanyakan akan menyangkut masalah biaya. Jadi wajar
jika beton mempunyai harga yang lebih murah dibanding bahan konstruksi lainnya.
2.3 SIFAT MEKANIS BETON
Sifat-sifat mekanis beton keras dapat diklasifikasikan
sebagai :
• Sifat jangka pendek, seperti kuat tekan,
tarik, dan geser, serta modulus elastisitas.
• Sifat jangka panjang, seperti rangkak dan
susut.
a)
Kuat
Tekan
Nilai kuat tekan beton didapatkan
melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat pada benda uji silinder beton (diameter
150mm, tinggi 300mm) sampai hancur. Tata cara pengujian yang umum dipakai
adalah standar ASTM (American Society for Testing Materials) C39-86. Kuat tekan
beton umur 28 hari berkisar antara 10 – 65 MPa. Untuk beton bertulang pada
umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17 – 30 MPa.
b)
Kuat
Tarik
Kuat tarik beton yang tepat sulit
untuk diukur. Selama bertahun-tahun, sifat tarik beton diukur dengan memakai
modulus keruntuhan (modulus of rupture). Baru-baru ini, hasil dari
percobaan split silinder beton, umumnya memberikan hasil yang lebih
baik dan mencerminkan kuat tarik sebenarnya. Nilai pendekatan yang diperoleh
dari hasil pengujian berulang kali mencapai kekuatan 0,50 √fc’ – 0,60 √fc’,
sehingga untuk beton normal digunakan nilai 0,57 √fc’.
c)
Kuat
Geser
Kekuatan geser lebih sulit
diperoleh, karena sulitnya mengisolasi geser dari tegangan-tegangan lainnya.
Ini merupakan salah satu sebab banyaknya variasi kekuatan geser yang dituliskan
dalam berbagai literature, mulai dari 20% dari kekuatan tekan pada pembebanan
normal, sampai sebesar 85% dari kekuatan tekan, dalam hal terjadi kombinasi
geser dan tekan.
d)
Modulus
Elastisitas
Modulus elastisitas, merupakan
kemiringan dari bagian awal grafik yang lurus dari diagram regangan-tegangan,
yang akan bertambah besar dengan bertambahnya kekuatan beton. Besarnya modulus
elastisitas tersebut dapat dihitung dengan tepat berdasarkan persamaan empiris
:
Ec = 0,043
wc1,50 √fc’
Untuk beton normal (wc = 23 kN/m3), Ec = 4700 √fc’
Di mana :
Ec = modulus
elastisitas beton tekan (MPa)
Wc = berat isi
beton (kg/m3)
fc’ = kuat tekan
beton (MPa)
e)
Rangkak
Rangkak (creep) adalah sifat di mana
beton mengalami perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat beban tetap yang
bekerja padanya. Rangkak timbul dengan intesitas yang semakin berkurang untuk
selang waktu tertentu dan akan berakhir setelah beberapa tahun berjalan.
Besarnya deformasi rangkak sebanding dengan besarnya beban yang ditahan dan
juga jangka waktu pembebanan. Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak
langsung terhadap kekuatan struktur, tetapi akan mengakibatkan timbulnya
redistribusi tegangan pada beban kerja dan kemudian mengakibatkan terjadinya
peningkatan lendutan (defleksi).
f)
Susut
Susut secara umum didefinisikan
sebagai perubahan volume beton yang tidak berhubungan dengan beban.
Pada dasarnya ada dua jenis susut, yaitu susut plastis dan susut pengeringan.
Susut plastis terjadi beberapa jam setelah beton segar dicor ke dalam cetakan
(bekisting). Sedangkan susut pengeringan terjadi setelah beton mencapai bentuk
akhirnya, dan proses hidrasi pasta semen telah selesai. Laju perubahannya
berkurang terhadap waktu, karena beton semakin berumur akan semakin tahan
tegangan dan semakin sedikit mengalami susut.
2.4 SISTEM PENGUJIAN BETON
Pembangunan merupakan proses untuk
menciptakan suatu bangunan berupa gedung, jalan, jembatan dan lain sebagainya
untuk kebutuhan tertentu. Setiap pembuatan bangunan pastilah
memiliki proses dan tujuan yang jelas serta memiliki tahapan-tahapan yang
berkelanjutan. Agar bangunan tersebut benar-benar aman dan tahan
lama perlu diadakannya tes atau penujian terhadap bahan-bahan yang menjadi
penunjang dari bangunan tersebut. Bahan-bahan yang perlu di uji seperti
material atap, portal, kusen, pondasi, lantai dan bahan-bahan penyusun bangunan
yang lainnya.
Banyak bahan dalam proses pembuatan bangunan. Bahan yang
akan kita uji adalah beton. beton digunakan dalam pembuatan kolom, balok,
lapisan bawah lantai ataupun dinding-dinding tertentu. Kekuatan beton memiliki
mutu tersendiri tergantung pada campurannya dan setiap kualitas tersebut
memiliki kualitas dan kekuatan yang berbeda-beda. Beton memiliki tulangan
berupa besi atau bahan semacamnya untuk menjadi kerangka beton tersebut.
Pengetesan dan Pengujian beton memang
sangat diperlukan untuk bangunan baik besar maupun kecil. Tujuan dari pengujian
adalah agar bangunan tersebut benar-benar bisa menahan beban hidup dan beban
mati yang ada diatasnya atau tidak serta mengetahui berapa lama beton tersebut
dapat bertahan dan tahan terhadap apa sajakah beton tersebut.
Berikut beberapa cara
pengujian beton, diantaranya :
a.
Tes Uji Kuat
Tekan (Compression Test)
Tes Uji Kuat Tekan bertujuan untuk
mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat
diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran).
Cara pengujian yaitu:
1) Siapkan
silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
2) Cetakan
silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi
dalamnya diolesi dengan pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton
dari cetakannya.
3) Masukkan adukan
beton yang dipakai pada pengujian slump test kedalam cetakan yang dibagi
menjadi 3 lapisan yang sama.
4) Tusuk-tusuk 25
kali per tiap lapisan.
5) Ratakan bagian
atas dan beri tulisan tanggal dan jam pembuatan pada bagian atas.
6) Diamankan
selama 24 jam dan direndam dalam air selama waktu tertentu, kemudian dibawa ke
laboratorium untuk diuji.
7) Pengujian tes
beton menggunakan mesin compressor yang sudah dikalibrasi.
8) Catat pengujian
tiap beberapa hari yang sudah ditentukan.
b.
Slump
Test
Pengujian Slump test bertujuan untuk
mengetahui kadar air beton yang berhubungan dengan mutu beton. Salah satu
pengujian yang dilakukan menggunakan kerucut abraham.
Cara pengujian yaitu:
1) Menyiapkan
peralatan uji Slump yaitu yang mempunyai ukuran diameter atas 10 cm dan
diameter bawah 20 cm, sedangkan tingginya 30 cm.
2) Kerucut abraham
diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air.
3) Adukan beton
yang dicampur merata dimasukkan kedalam kerucut sambil ditekan kebawah
penyokong-penyokongnya.
4) Adukkan beton
dimasukkan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya,dan setiap lapisan
ditusuk sebanyak 25 kali dengan menggunakan tongkat baja diameter 16 mm panjang
600 mm dengan ujung yang bulat agar adukan yang masuk kedalam kerucut lebih
padat.
5) Adukan yang
jatuh disekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dengan kerucut
ditarik vertikal dengan hati-hati.
6) Dibuka dan
diukur penurunan puncak kerucut terhadap tinggi semula.
7) Hasil
pengukuran ini disebut hasil uji Slump dan merupakan hasil kekentalan (kadar
air) dari beton tersebut.
8) Adukan beton
dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh untuk digunakan.
c.
Tes
Uji Core Drill
Pengujian Core Drill dilakukan dengan
mengambil sampel dari beton yang sudah dibuat. Pengambilan beton menggunakan
alat yaitu core drill. Metode ini diusahakan jangan sampai merusak struktur
dari beton tersebut.
Sampel tersebut dibawa ke laboratorium untuk
di pengujian crusing test. Pengujian ini sangat akurat karena diambil dari
bahan yang sudah dibuat dilapangan. Pengambilan strukturnya sangat beresiko
karena bisa mengurangi struktur dari beton dan bisa saja mengenai tulangan dari
beton tersebut.
d.
Hammer
Test
Hammer Test dilakukan untuk mendapatkan
kekuatan / tegangan karakteristik beton yang sudah ada. Test material digunakan
dengan alat hammer test merk proceq pada elemen struktur seperti kolom, balok
dan plat lantai.
Tahapan sebelum hammer test dimulai
yaitu: sebelum tes dimulai permukaan dari elemen struktur yang belum rata harus
dihaluskan menggunakan gerinda agar didapatkan permukaan yang rata agar
pembacaan rebound dari alat hammer test lebih teliti dan tepat. Di setiap titik
hammer test dilakukan sebanyak 20 kali shooting per lantai. Hasil tes dianalisa
menggunakan standard deviasi untuk penentuan mutu beton.
e.
Ultrasonic
Non Destructive
Pengujian ultrasonik telah digunakan
oleh beberapa negara. Di Indonesia
digunakan sejak tahun 1980’an. Tujuan dari penelitian menggunakan pengujian
ultrasonik yaitu:
1) Mendeteksi
kedalaman dan keretakannya.
2) Homoginitas
pada beton.
3) Kerusakan
permukaan beton akibat kebakaran atau pengaruh kimiawi.
4) Perubahan sifat
dari masa ke masa.
5) Kwalitas/mutu
beton.
6) Kerusakan lain pada
beton (Honeycombing/Void)
7) Modulus
Elastisitas beton.
2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON
a.
Kelebihan Beton
·
Biaya pembuatan beton terbilang cukup
murah mengingat bahan-bahan penyusunnya bisa diperoleh dari daerah lokal,
kecuali untuk semen portlang yang harus didatangkan dari luar daerah.
·
Begitu pun dengan biaya pemeliharaan
beton terhitung cukup rendah karena material ini mempunyai tingkat ketahanan
yang tinggi.
·
Di samping tahan terhadap aus, beton
juga tahan terhadap api dan air sehingga penghuni bangunan senantiasa bisa
merasa aman.
·
Beton memiliki daya kekuatan dan daya
dukung yang sangat tinggi sehingga bisa diaplikasikan pada segala desain
bangunan.
·
Kondisi beton juga tidak mudah
terpengaruh oleh lingkungan sehingga risiko mengalami korosi dan pembusukan
kecil sekali.
·
Tidak seperti pasangan batu,
partikel-partikel pada beton mampu membentuk susunan yang padat dengan ukuran
yang lebih kecil.
·
Beton bersifat fleksibel artinya bisa
dibuat dalam bentuk dan ukuran yang sesuai dengan keinginan tanpa mempengaruhi
kualitasnya secara langsung.
·
Mampu menahan gaya tekan serta bersifat
tahan terhadap korosidan pembusukan.
·
Beton mudah di cetak sesuai keinginan
dan cetakannya juga dapat di pakai lebih dari sekali tergantung dari kualitas
cetakan yang di buat.
·
Beton dapat di semprotkan pada permukaan
beton lama yang retak atau di isikan pada beton dalam proses perbaikan.
·
Beton dapat di pompa sehingga
memungkinkan untuk di tuang pada tempat-tempat yang sulit.
·
Kuat tekan beton relatif lebih tinggi
dari bahan lain konstruksi lain.
·
Durabilitas yang tinggi. Beton lebih
awet dan tahan lama dibandingkan dengan bahan lain. Normalnya sebuah struktur
beton dapat digunakan sampai jangka waktu yang sangat lama dengan tidak
kehilangan kemampuan menahan bebannya. Hal tersebut karena hukum kimia proses
pemadatan semen yang semakin lama akan semakin membatu.
·
Untuk bahan pondasi tapak, dinding
basement, tiang tumpuan jembatan, dan semacamnya, beton bertulanglah pilihan
paling hemat biaya.
·
Dibanding struktur baja, pembuatan dan
instalasi konstruksi beton bertulang lebih mudah dan cukup dengan tenaga
berkeahlian rendah.
b.
Kelemahan Beton
·
Walaupun beton mampu menahan gaya beban
dengan baik, tetapi kekuatannya saat menerima gaya tarik cukup rendah.
·
Selama proses pengeringan, beton yang masih
basah bisa mengalami penyusutan akibat strukturnya mengerut.
·
Demikian juga bila beton basah, maka
struktur beton tersebut bisa mengembang sehingga kekuatannya menurun.
·
Beton bisa mengalami keretakan rambut
dan keretakan struktur akibat perubahan suhu yang drastis dalam waktu relatif
singkat.
·
Sifat alamiah beton yakni dapat menyerap
air melalui pori-porinya, di mana air justru bisa merusak beton secara
perlahan, terutama yang mengandung kadar garam yang tinggi.
·
Sifat asal beton yang lain adalah getas
atau tidak daktail, sehingga analisa pekerjaannya harus benar-benar dihitung
secara detail dan tepat.
·
Beton di anggap tidak mampu menahan gaya
tarik sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu di berikan tulangan baja
sebagai penahan gaya tarik.
·
Beton keras masih mempunyai sifat
mengembang atau menyusut jika terjadi perubahan suhu sehingga perlu di buat
dilatasi untuk mencegah terjadinya retakan retakan.
·
Untuk mendapatkan beton kedap air yang
sempurna, harus di kerjakan dengan teliti.
·
Beton bersifat getas (tidak daktail)
sehingga harus di hitung dengan teliti agar setelah di kompositkan dengan baja
tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.
·
Dibutuhkan bekisting penahan pada saat
pengecoran beton agar tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Berat
beton sendiri sangat besar (2,4 t/m3), sehingga konstruksi harus memiliki
penampang yang besar.
·
Diperlukannya penopang sementara
untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya sampai beton mengeras
dan cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri.
·
Biaya bekisting reltif mahal hingga
sepertiga atau dua pertiga dari total biaya sebuah struktur beton.
·
Rendahnya kekuatan per satuan berat dari
beton mengakibatkan beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh
pada struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton yang besar
akan sangat mempengaruhi momen lentur.
·
Bervariasinya sifat-sifat beton dan
proporsi-campuran serta pengadukannya.
·
Proses penuangan dan perawatan beton
tidak bisa kontrol dengan ketepatan maksimal, berbeda dengan proses produksi
material struktur lain.
2.6 APLIKASI BETON DALAM BANGUNAN
Tidak sedikit bagian-bagian bangunan yang
terbuat dari beton, apalagi jika bangunan tersebut di tuntut harus kuat dan
kokoh. Berikut beberapa bagian bangunan yang terbuat dari beton :
a) Kolom
b) Balok
c) Tangga
Beton
d) Plat
Lantai
e) Pondasi
f) Sloof
g) Kusen
h) Pilar
Beton
i)
Dll.
2.7 PRODUK BETON DALAM PERDAGANGAN
Seiring perkembangan
teknologi seperti sekarang ini, banyak sekali di ciptakan alat alat cetak beton
yang sangat membantu dalam mempercepat proses pembangunan, tak sedikit juga
kontraktor yang membeli beberapa bagian bangunan siap pakai. Dengan begitu,
dapat membuka peluang usaha bagi masyarakat sekitar, dengan cara
memperdagangkan bagian bagian bangunan siap pakai tersebut. Berikut
contoh-contoh produk beton dalam perdagangan :
a) Pagar
Panel
b) U-Ditch
c) Box
Culvert
d) Buis
Beton
e) Paving
Block
f) Kanstin
g) Road
Barrier
h) Pilar
Beton
i)
Kusen Beton
j)
Spun Pile
k) Bantalan
Jalan Rel
l)
Tiang Listrik Beton
m) Pondasi
Jaring Laba laba
n) Voided
Slab
o) Deck
Slab
p) Square
Pile
q) Dll.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Beton merupakan sebuah
bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen.
Umumnya beton banyak digunakan karena bahan baku pembuatan beton mudah
didapatkan. Biasanya beton terbentuk dari semen Portland, yang terdiri
dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Dalam proses ini
dibutuhkan alat-alat bantu agar setiap tahapan pekerjaan bisa berlangsung lebih
mudah dan cepat, contohnya adalah penambahan admixture. Selain itu,
komposisi campuran untuk pembuatan beton juga harus tepat untuk mendapatkan
kekuatan yang diharapkan.
Adapun pengolahan beton
meliputi beberapa tahapan, diantaranya : Pencampuran atau pengadukan
bahan-bahan beton, Pengangkutan atau pemindahan adukan beton, Penuangan adukan
beton, Memadatkan adukan beton, Meratakan permukaan beton, Perawatan beton.
Beton memiliki sifat fisik,
kimia dan mekanis seperti berat jenis yang cukup berat berkisar 2.4 atau
2400kg/m3, mempunyai daya awet hingga 40 – 50 tahun, harganya ekonomis dalam artian pelaksanaan dan
pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan efektivitas pekerjaan, kuat
tekan, tarik, dan geser, serta modulus elastisitas, rangkak dan susut.
Beton dapat di uji kekuatan nya dengan beberapa cara
diantaranya Tes Uji Kuat Tekan (Compression Test), Slump Test, Tes
Uji Core Drill, Hammer Test, Ultrasonic Non Destructive.
Tidak sedikit bagian-bagian bangunan yang
terbuat dari beton, apalagi jika bangunan tersebut di tuntut harus kuat dan
kokoh. Berikut beberapa bagian bangunan yang terbuat dari beton dan bisa juga
di beli di pasaran bahan bangunan : Kolom, Balok, Tangga Beton, Plat Lantai, Pondasi
, Sloof, Kusen, Pilar Beton, Dll.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar